source pinterest

Assalamualaikum...

Akhirnyaaaa setelah sekian lama, punya mood lagi untuk kembali ngeblog. Niat pingin bikin post minimal seminggu sekali hanya tinggalah niat jika kesibukan di dunia nyata dan kemalasan datang melanda, hihi.

Oiya, aku udah update post review aku tentang Cetaphil Gentle Cleanser yang 2 bulan lalu aku bikin, kalian bisa cek disana. Hari ini aku mau post sesuatu yang ringan-ringan aja dulu deh, karena masih males buat ambil foto produk terutama ngeditnya, +_+ (jangan ditiru). Karena sebagus apapun foto yang diambil tetep aja kudu di edit.

Postingan kali ini aku buat untuk ceritain suka-duka persiapan bride to be, dan akan aku buat menjadi beberapa bagian. Secara terpisah, aku juga akan mereview beberapa wedding vendor yang udah aku cari khususnya di sekitar Tasikmalaya - Ciamis, dengan harapan bisa menjadi referensi para bride to be di daerah Tasikmalaya/Ciamis. Post ini terinspirasi juga dari kak Dila yang udah bantu aku juga untuk cari tahu info tentang salah satu vendor MUA dari Bandung. Dia juga bikin blog mengenai wedding vendor tapi lebih khusus untuk daerah Bandung. Jadi, buat kalian para bride to be yang akan melaksanakan pernikahan di Bandung, bisa cek website nya kak Dila langsung di Bride To Be karena akan sangat banyak membantu kalian yang masih awam dalam dunia per-wedding-an :).

So, I wanna share sedikit tentang kehidupan asmara aku disini. Namaku Devi Fitrisani (well, you must already know just by read my Hello!) si bungsu dari 2 bersaudara dari Papa Tatang dan Mama Nunung. Meanwhile calonku, Gilang Rizki Hartono si sulung dari 2 bersaudara juga, dari Papa Roni Hartono dan Mama Asti Risnawati. Kedua keluarga kami berasal dari Jawa Barat, sehingga tidak ada perbedaan adat istiadat dari keluarga.

Well, I really wanna tell you about how we meet sampe akhirnya mutusin untuk menikah. Tapi itu sangat panjang sekaliiii, karena pertama kita ketemu udah 3 tahun yang lalu bahkan lebih. Sebenernya aku dan a Gilang ini satu sekolah (SMA) tapi bener-bener gak pernah komunikasi sedikit pun karena memang gak kenal, kami beda kelas, dan gak pernah kami dipertemukan di suatu forum/kegiatan yang sama. Cuman saling tau aja kalo aku dan a Gilang terdaftar sebagai siswa di SMA tersebut. 

But, I wanna share you something about this relationship. Karena basicly, aku seorang Phlegmatis yang sangat peduli terhadap omongan orang sekitar. Tumbuh dengan berlatar belakang mama seorang bidan desa yang notabene hampir satu kecamatan bisa kenal mama aku, membuat aku terbiasa buka telinga lebar-lebar soal respon warga terhadap keluarga kami. Aku diajarkan bagaimana kami (aku dan kakakku) harus menjaga nama baik keluarga, dan lain sebagainya.

Keputusan yang aku ambil sekarang, untuk melakukan tunangan dan menyegerakan untuk menikah membuat pergulatan batin. Sebenernya memang inginnya aku untuk menikah muda, apalagi kami berdua udah sama-sama lulus kuliah dan udah pada punya kerjaan (meskipun kerjaan aku masih belum tetap, tapi setidaknya udah punya penghasilan sendiri).

Pada saat beberapa hari menjelang acara, banyak respon positive dari temen-temen deket aku yang tentunya aku kasih kabar, karena sebenernya pada acara ini aku cuman ngundang keluarga aja. Tapi selain respon positive, selintas ada aja yang bertanya "serius dev kamu mau nikah?", "gimana kamu bisa yakin sama a Gilang?", "kamu yakin udah siap sekarang?" and bla..bla..bla..

Secara spontan sih aku jawab "ya, aku yakin, aku serius" tapi tetep aja bikin otak mikir lagi, ngelamun lagi. Duh, beneran nih gak kecepetan? Gak keburu-buru? Sekarang aja nih? dan segala macem pertanyaan aneh-aneh muncul di kepala. Padahal yang telah terjadi adalah: rencana tunangan/lamaran ini udah tercetus sejak awal tahun 2016, jadi gak ada yang terburu-buru; shalat istikharoh untuk meyakinkan diri, jadi gak ada yang harus dipikirin yakin/enggak; udah terlalu sering baca kajian Islam mengenai seruan untuk menyegerakan menikah daripada lama-lama pacaran, jadi kalo gak sekarang ya mau kapan lagi? nunggu apa lagi. Tapi yang bikin aku bimbang dan bikin ngelamun adalah, rasa takut aku yang terlalu berlebihan terhadap cerita-cerita pasangan yang udah tunangan. Gak sedikit yang udah pacaran lama lalu tunangan, akhirnya gak jadi nikah karena satu dan lain hal.

For your information, aku dan a Gilang sudah menjalani hubungan dengan status 'pacaran' (yang sebenernya gak ada dalam ajaran Islam) sejak awal tahun 2013, dan selama itu kami menjalani LDR kalo kata anak gaul mah. Ya jadi, aku gak terbiasa ketemu tiap hari sama dia. Tapi aku ngerasa enjoy banget, dan selama ini aku gak pernah punya rasa curiga atau penyakit hati lainnya, bahkan jarang banget berantem layaknya pasangan LDR yang sering aku denger ceritanya dari orang-orang. Dan aku pikir semua itu timbul karena kita saling percaya, dan merasa sama-sama senasib aja (wakaka ini lucu). Maksudnya, aku kuliah di lingkungan kampus yang isinya cewe semua dan dia juga sekolah dan kerja di lingkungan yang isinya mayoritas cowo, which is, kalo mau cemburu, cemburu sama siapa? Sama satpam? Atau sama OB? :))

Setelah aku renungkan lagi, memang sih yang namanya jodoh semua udah ada yang ngatur. Banyaknya kasus yang gagal nikah setelah tunangan, mungkin karena memang dia bukan jodoh yang terbaik. Masih mending sih daripada udah nikah tapi beberapa bulan kemudian cerai? Tapi sebenernya, banyak juga yang lancar-lancar aja, setelah tunangan ya nikah, dengan orang yang sama tentunya. Akhirnya aku sadar, aku mendengar terlalu banyak cerita yang gagal ketimbang yang sukses. Padahal kan kenapa enggak kita berusaha untuk menjadi salah satu yang sukses itu.

Finally, aku maju dan yakin memutuskan untuk menerima lamarannya a Gilang. Lagian ada cowo ngajak serius, ngajak orang tuanya dan datengin orang tua aku untuk minta ijin, ngapain di anggurin?



Bismillahirrahmanirrahim.. (09-07-2016)
Mudah-mudahan keputusan kami ini menjadi titik awal kami untuk berbenah diri lagi dan memantaskan diri lebih dalam lagi dan lagi untuk bisa jadi pribadi yang jauh lebih baik di mata Allah SWT, agar kami juga bisa jadi jodoh yang pas, yang sama-sama kuat dan saling menguatkan.

Bonus foto-foto :))

my sissy, mommy, and me

ini mama papa aku dan mama papa a Gilang

kakak kandungku dan anak-istrinya; a Lingga, Aldrik, teh Indah.

adiknya a Gilang; de Gugum

Btw, sebenernya pada saat acara aku gak sewa photographer karena memang mau di fotoin sama adenya a Gilang ini. Tapi malah ada cerita kamera de Gugum ini abis batre, padahal udah di charge semaleman. Kamera pocket punyaku juga gak bagus kalo dipake foto orang banyakan kaya gini karena pernah kena service di lensanya. Jadi kepaksa semua aktivitas di foto pake kamera hp. Sedih gak sih? Aku mah sedih pisan siah ih :'(

Udah deh gitu aja postingan kali ini bener-bener curhat. Mohon doanya juga untuk semua beauty readers yang udah baca postingan ini semoga bisa terus lancar ke depannya. Mudah-mudahan bisa sedikit menghibur, next post aku akan bikin sesuatu yang lebih informatif mengenai bride to be :)

With Love,







Ps. aku bikin postingan ini sambil nunggu observasi pasien inpartu kala 1 fase aktif, jadi mohon maaf kalo postingannya sedikit gak jelas, hehe.. see you